Senin, 16 Januari 2012

Cinta Tak Bersyarat

Sebuah kisah inspiratif yang bisa jadi bahan renungan...


Lima tahun usia pernikahanku dengan Lia sungguh masa yang sulit. Semakin hari semakin tidak ada cinta diantara kami. Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Lia lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja. Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Lia. Kami bertengkar pagi ini karena Lia kesiangan membangunkanku. Aku tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Lia sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Lia membuatku semakin kesal! Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam. Dua jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di rumah. Kulihat Lia tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia sungguh cantik” kataku dalam hati, “Wanita yang menjalin hubungan dengan ku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik”. Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.
Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Lia menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Lia, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.
Tanggal 14 Februari 1996. Terima kasih Allah atas pemberianMu yang berarti bagiku, Fahmi, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku. Hmm...aku tersenyum, Lia yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya.
Tanggal 6 September 2001, Tak sengaja kulihat Fahmi makan malam dengan wanita lain sambil tertawa mesra. Allah, aku mohon agar Fahmi tidak pindah ke lain hati. Jantungku serasa mau berhenti…
Tanggal 23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Fahmi, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama Melly. Siapakah dia, Allah? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki agar aku ketahui. Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan Lia telah mencapai 5 tahun. Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Lia karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Lia. Aku sungguh tak menduga kalau Lia mengetahui hubunganku dengan Melly.
Tanggal 4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan mengatakan Fahmi telah selingkuh dengannya. Allah, beri aku kekuatan yang berasal daripadaMu. Bagaimana mungkin Lia sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Lia sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Lia rasakan saat itu.
Tanggal 14 Februari 2002, Fahmi melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Allah, apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus kuambil.
Tanggal 14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya Fahmi Winoto. Alhamdulillah ya Allah..!
Tanggal 18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Allah, bantu aku agar lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.
Tanggal 7 April 2006, Fahmi marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada mall mencari jam idaman Fahmi, aku ingin membelikan jam itu di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Allah, beri kedamaian di hati Fahmi agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di sore hari lagi kalau Fahmi belum pulang walaupun aku lelah. Aku mulai menangis, Lia mencoba membahagiakanku tapi aku malah memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.
Tanggal 15 November 2007, Fahmi butuh meja untuk menaruh kopi di ruang keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Allah, bantu aku menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Tahun Baru untuk Fahmi. Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Lia tak pernah mengatakan meja itu adalah hadiah Tahun Baru untukku. Ya, ia memang membelinya di malam Tahun Baru dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.
Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Lia sungguh diberi kekuatan dari Allah untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar kamar, kukecup kening Lia dan ia terbangun.“Maafkan aku Lia, Aku mencintaimu, Selamat Ulang Tahun.”
Pelajaran dari sharing ini: Cintailah & hargailah pasanganmu selama masih ada hari ini, karena ada banyak hal yang kita tidak bisa lihat, yang telah mereka/ pasangan kita lakukan untuk kita. Pasangan kita sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk kita. Kiranya ALLAH memberkati kita sekeluarga, dan mempersatukan keluarga kita dengan Kasih-Nya yang tidak bersyarat, supaya kita juga melakukan Kasih yang sama itu kepada keluarga kita... Amien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar